26 August 2020

"Unit K-1" Robot Pelayan di Restoran Ramen Kourakuen Jepang

Boku no Blog - Tidak heran lagi, Jepang adalah negara yang terkenal dengan pembuat robot dengan teknologi canggihnya. Baru-baru ini di sebuah restoran ramen terkemuka di Jepang dengan nama Kourakuen dikabarkan akan mulai memakai robot sebagai pelayan restoran tersebut.


Restoran ramen Korakuen benar-benar akan memiliki dan menggunakan pelayan robot yang diberi nama "K-1",ini akan melayani pesanan makanan bagi para pengunjung di restoran itu.

Desain robot K-1 ini bentuknya tidak seperti manusia, bentuknya seperti tabung dengan bagian tengah yang kosong terbuka yang dibuat sebagai rak agar bisa membawakan berbagai makanan dan minuman. 

Bagian bawah atau kakinya terdapat roda untuk bergerak smooth, dan ia dilengkapi sensor agar bisa mendeteksi halangan di sekitarnya dan menemukan jalur untuk bergerak ke meja pelanggan.


Robot ini bisa mengeluarkan suara layaknya berbicara untuk menginstruksikan agar pelanggan dapat mengambil makanan yang mereka pesan, dan menginstruksikan untuk menyentuh kepala sang robot agar ia otomatis bergerak untuk kembali ke dapur lagi.

Gagasan pembuatan robot K-1 ini menjadi sesuatu yang pas akan situasi pandemik virus corona ini yaitu mengurangi kontak fisik agar tidak tersebar virus Corona. Selain itu, dengan robot ini bisa menghemat tenaga kerja.

Servis penggunaan Robot Pelayan di Restoran Kourakuen ini akan dimulai memakai mulai minggu depan, dari cabang mereka di kota Miyamoto Prefektur Fukushima, yang merupakan daerah asal restoran tersebut.

Informasi Restoran;

Korakuen (Miyamoto branch) / 幸楽苑(宮本店)

Address: Fukushima-ken, Miyamoto-shi, Miyamotomanse 176-6

福島県本宮市本宮万世176番6

Open 8 a.m.-9 p.m.



18 August 2020

Museum Godzilla Pertama di Anime Park Nijigen no Mori Jepang

Boku no BlogBaru-baru ini di anime park Nijigen no Mori, Prefektur Hyogo, Jepang telah dibuka dan di dalamnya terdapat museum Godzilla. Ya, Godzilla adalah sesosok monster legenda Jepang ini begitu populer lewat film dan serial berjudul Godzilla.


Museum Godzilla yang pembukaannya sudah direncanakan sejak tahun 2019 lalu ini merupakan bagian dari atraksi terbaru anime park Nijigen no Mori di Pulau Awaji, yang dikenal dengan nama “Godzilla Geigeki Sakusen ~Kokuritsu Godzilla Awaji-shima Kenkyuu Center~”, atau “Godzilla Interception Operation Awaji ~National Awaji Institute of Godzilla Disaster~“. Untuk atraksi di lokasi ini, saat ini dibuka dalam waktu yang terbatas sampai 31 Agustus akhir bulan ini.

Atraksi ini memang belum dibuka sepenuhnya, tapi kita bisa menikmati dan menemukan atraksi yang benar-benar seperti wujud nyata Godzilla. Kita bisa naik semacam flying fox untuk mengeksplorasi Godzilla beku dan masuk ke dalam mulut dan badannya, atau ke sekelilingnya untuk mengamati eksteriornya.

Di lokasi ini, sama seperti tempat wisata lainnya, terdapat juga toko souvenir, restoran yang bertemakan Godzilla. Setelah kita berjalan-jalan melihat-lihat dan bermain di museum Godzilla bisa keliling membeli souvenir atau sekedar makan dan minum di area tersebut.

Disana juga ada area bersenang-senang  dengan permainan menembak di mana Anda harus menghancurkan sel yang mengapung di tubuh Godzilla beku untuk menghentikan mereka bereproduksi. Kemudian Anda juga bisa menonton film yang menayangkan pembuatan atraksi Godzilla di Nijigen no Mori.

Atraksi utama dalam museum ini adalah diorama dari berbagai adegan dalam film Godzilla yang dibuat dengan kolaborasi bersama perusahaan yang memproduksi filmnya, Toho. Di antara diorama-diorama itu, kamu dapat menemukan kostum lama Godzilla dan set bangunan yang digunakan dalam film.


Ada sebuah ruangan berisi sekitar 80 figuran Gozilla, properti dari gudang Toho Co. Ltd.’s, dan model prototipe dari monster-monster musuh yang ada dalam film.


Untuk tiket masuk Museum Godzilla, kamu perlu merogoh kocek sebesar 1.000 yen atau Rp 140.000 untuk dewasa dan 800 yen atau Rp 111.000 untuk anak-anak. Tiket anak-anak sudah termasuk tiket untuk mengikuti workshop seni di dalam museum.

Pihak Nijigen no Mori sendiri belum mengumumkan kapankah mereka akan membuka seluruh atraksinya, tapi sebagai antisipasi, museumnya sudah mulai dibuka.

Jika Anda pengggemar atau nge-fans berat sama monster Jepang Godzilla, bisa merencanakan kunjunganmu ke sini.

**
Informasi Anime Park

Nijigen no Mori / ニ ジ ゲ ン ノ モ リ

Prefektur Hyogo Kota Awaji Kusumoto 2425-2
兵 庫 県 淡 路 市 楠 本 2425 番 2 号

Buka setiap hari jam 10 pagi sampai 10 malam.
Harga dan jam berbeda untuk setiap atraksi

Informasi selengkapnya silakan periksa situs webnya:

15 August 2020

Tips “Bike To Work” Tanpa Terlihat Berkeringat

Boku no Blog - Di era New Normal ini juga masyarakat sudah sedikit banyak melakukan aktivitas kegiatan di luar rumah. Bersepeda atau Gowes menjadi salah satu AKB (Aktivitas Kegiatan Baru) yang lagi banyak digandrungi saat ini.

Seperti kita lihat kondisi jalanan saat ini, banyak dijumpai orang-orang yang bersepeda atau gowes. Kegiatan bersepeda ini kian diminati dan menjadi pilihan banyak orang yang suntuk dengan suasana rumah. 

Di samping itu, selain merupakan salah satu media have fun yang mudah dan hemat, gowes juga sekaligus menjadi sarana olahraga untuk meningkatkan imun kekebalan tubuh.

Bersepeda saat berangkat kerja atau pergi ke kantor menjadi tantangan tersendiri ketika kita pergi ke kantor dengan menggunakan sepeda. Kita harus tetap menjaga kondisi tubuh agar tidak bau keringat ketika tiba di kantor.

Keringat tentu menjadi masalah ketika ingin melakukan aktivitas. Apalagi jarak rumah ke kantor yang bisa dibilang cukup jauh. Jika kita sampai di kantor dengan berkeringat banyak, apalagi saat keringat mongering tanpa dilap terlebih dahulu, tidak sedikit akan menimbulkan bau keringat tubuh kita yang tidak sedap.

Apalagi di dalam kantor terpasang instalasi AC, wah tentunya akan menambah aroma lain di dalam ruangan kantor.

Berikut ini tips agar kita tidak terlihat berkeringat setibanya di kantor.

1. Bangun lebih pagi atau lebih awal dari biasanya

Hal pertama yang harus kita lakukan adalah untuk bangun lebih pagi dari biasanya. Ini karena kita akan naik sepeda berbeda dari aktivitas sebelumnya. Mungkin ada yang naik mobil, sepeda motor, moda angkutan umum. Jadi, agar tidak terburu-buru, kita harus bisa menghitung lama perjalanan biasanya berapa lama dan jika bersepeda berapa lama. Kalau menurut Boku sih, lebih cepat, lebih awal akan lebih bagus. Karena kita tidak akan terburu-buru dan akan banyak punya waktu.

Biasanya Boku mempersiapkan apa saja yang akan diperlukan di malam harinya sebelum tidur. Ini juga sangat membantu mengurangi persiapan kita di pagi harinya.


2. Menentukan rute perjalanan 
  
Untuk hal yang kedua ini, rute bisa sama dengan setiap harinya kita pergi ke kantor, namun jika ada rute lainnya mungkin bisa lebih dekat itu itu akan lebih baik. 

Perlu kita ingat kita akan naik sepeda, jadi usahakan mencari rute jalan yang sepia tau tidak terlalu ramai kendaraan berlalu lintas. Ini akan membuat kita bersepeda dengan tetap tenang dan nyaman.


3. Memakai pakaian yang tepat untuk bersepeda

Tentunya saat kita bersepeda meskipun pelan tetap saja akan mengeluarkan keringat. Pada dasarnya, keringat muncul karena adanya perubahan temperatur, kelembaban, usaha mengayuh sepeda, dan jenis pakaian yang dipakai. Oleh karena itu, bisa menggunakan pakaian yang tidak terlalu tebal, pakaian yang bisa menyerap keringat.

Jika kamu menggunakan pakaian tebal di suhu sekitar 23 derajat Celcius, mungkin kamu tidak akan berkeringat dan baik-baik saja. Berbeda jika suhunya tinggi dan memiliki kelembaban sekitar 80 persen, rasanya sulit untuk tidak berkeringat. 


4. Mengatur kecepatan bersepeda

Tidak perlu kita mengayuh sepeda dengan kecepatan tinggi, karena tujuan kita bukan untuk balapan agar cepat sampai dikantor lebih pagi. Karena kalau kita kayuh dengan kecepatan tinggi, akan membuat keringat semakin banyak keluar. Atur ritme kayuhan pedal kita. Buat bersepeda ke kantor ini menjadi suatu media yang have fun.

Dengan begitu, fisik kita akan mereda secara perlahan dan membuat tubuh menjadi lebih sejuk.


5. Membawa handuk dan pakaian ganti

Setelah sampai di tempat kerja atau kantor, lap dulu keringat kita dengan handuk, dan tunggu beberapa saat sampai keringat itu benar benar berkurang. Kemudian kita bisa berganti pakaian kerja yang sudah kita persiapkan. 

Pakaian kita yang kita pakai saat bersepeda tadi bisa dicantolkan hanger diloker atau disimpan di tempat yang aman.




Demikian tips dari Boku, semoga bermanfaat untuk kita bersepeda ke tempat kerja atau Bike to Work tanpa terlihat berkeringat saat sampai di kantor atau tempat kerja.


Semoga bisa bermanfaat. 











14 August 2020

Tokoroten, Mi Jepang yang Mirip Mi Soun

Boku no Blog - Mungkin sebagian dari kita mengenal jenis mi Jepang seperti Ramen atau Udon. Tapi mi kali ini yaitu mi Tokoroten ini juga merupakan salah satu makanan mi yang disukai oleh masyarakat di Jepang sana.


Apakah Mi Tokoroten ini?

Mi ini merupakan hidangan favorit saat musim panas. Mi ini merupakan hidangan dingin yang bisa membantu menyegarkan tubuh saat musim panas.
Mi tokoroten ini berwarna transparan, terbuat dari kanten, yang merupakan bahan agar-agar atau jelly dari rumput laut.

Sejarah mi Tokoroten ini adalah dulu disediakan untuk kaum aristokrat Jepang dan ditemukan pada abad ke-17. Kini, mi tersebut banyak disajikan di toko makanan manis, kedai teh, dan banyak tempat makan sederhana di sekitar Jepang.

Bagi yang suka makanan vegetarian, tokoroten merupakan hidangan yang sangat tepat. Kaya gizi, tinggi serat, dan juga membantu meningkatkan pencernaan dan metabolisme. Bisa jadi hidangan alternatif yang jauh lebih sehat daripada mi tradisional.

Bagaimana cara makan Mi Tokoroten ini?

Di wilayah Kanto, Jepang Tokoroten diolah dengan kecap, cuka beras, dan mirin. Orang biasanya menikmati mi ini dengan mustard Jepang panas, nori, dan biji wijen panggang.

Wilayah Kansai di Jepang lebih menyukai Tokoroten mereka dengan hiasan dan bumbu yang lebih manis, termasuk berbagai macam buah, sirup manis, bubuk matcha teh hijau, atau kinako - tepung kacang kedelai panggang yang sering digunakan sebagai topping untuk makanan penutup.


Kalau kita lihat dan amati mi Tokoroten ini mirip dengan mi Soun di tempat kita. Tapi mi Soun terbuat dari pati kentang, ubi maupun singkong dan bukan dari rumput laut. Warnanya juga transparan tapi cenderung lebih keruh.

Meski Tokoroten adalah makanan musim panas tradisional di Jepang, bukan berarti kita tidak bisa menikmatinya sepanjang tahun. Biasanya mi Tokoroten ini juga dijual mentah di supermarket dan bisa mengolahnya sendiri di rumah.

10 August 2020

Untuk menarik pelanggan, restoran Jepang Saizeriya membuat Masker yang bisa Anda pakai saat makan.

Boku no Blog - Masker ini diberi nama "Talkable-kun,"(bahasa Iggris)/ "Shabereru-kun" (bahasa Jepang) yang artinya Anda dapat berbicara dengannya. 


Meskipun masker sudah menjadi pemandangan umum di Jepang, banyak bisnis harus beradaptasi dengan penggunaan masker yang lebih luas. Semuanya, mulai dari ruang karaoke yang menggunakan "efek masker" pada musik hingga masker yang dapat menerjemahkan ucapan ke dalam berbagai bahasa.

Tapi satu industri yang kesulitan adalah restoran. Makan bukanlah aktivitas yang sangat kondusif untuk mengenakan masker.

Namun, restoran keluarga Saizeriya di Jepang  baru-baru ini mengeluarkan video yang menunjukkan solusi mereka untuk masalah tersebut: masker yang mereka sebut Shabereru-kun.

Berikut ini Atsushi Takagi, manajer umum administrasi restoran Saizeriya, memamerkan maskernya;

▼ Langkah pertama memakai Talkable-kun. Ironisnya adalah Anda harus melepas dulu masker Anda sendiri.


▼ Langkah berikutnya, lipat topeng Anda menjadi dua, bungkus dengan plastik, dan kemudian…


▼… Taraaa... Talkable-kun, siap digunakan. 


▼ Dengan hanya selembar kain yang menjuntai menutupi mulut, Anda bisa makan…


▼… dan minum sambil memakainya.


Tentu saja, hanya dengan melihat Talkable-kun, kesalahan fatal ini terlihat dengan jelas: masker ini tidak bisa menutupi seluruh mulut Anda. 

Tidak ada yang mencegah udara yang terinfeksi masuk atau keluar dari area terbuka di bawah dan ke samping.

Jika Anda duduk di meja dengan tiga, empat, atau lebih orang, Talkable-kun tidak akan bisa berbuat banyak untuk mencegah Anda saling menghisap oksigen. 

Apalagi saat Anda tertawa atau bersuara yang lebih keras yang bisa membuat seluruh lembaran tipis terbang ke atas.

Banyak pro dan kontra dari reaksi warga netizen Jepang. Tapi anehnya, banyak orang yang menyukai masker itu. Mungkin mereka menganggap risikonya tidak terlalu signifikan, atau mereka cukup lelah dikurung di karantina sehingga mereka bersedia mengambil risiko. 

7 August 2020

Asal-usul Sepeda Lipat, dari Tunggangan Militer hingga Sekarang Ngetrend di Indonesia

Boku no Blog - Popularitas sepeda lipat atau folding bike makin meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini seiring perkembangan tren berolahraga dengan sepeda pada masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di Indonesia.



Kemunculan tren itu juga dipicu tingginya keinginan masyarakat untuk beraktivitas di luar ruangan setelah lebih dari tiga bulan melakukan karantina di rumah saja.

Sesuai namanya, sepeda lipat adalah sepeda yang bisa dilipat karena memiliki engsel pada rangka dan roda yang lebih kecil dari sepeda biasa.

Karena dapat lipat, sepeda yang populer disebut “seli” ini pun jadi lebih ringkas dan mudah di bawa ke mana pun, termasuk ke dalam transportasi umum dan ruang kerja di kantor.

Dengan begitu, pengguna sepeda lipat tidak perlu bingung mencari parkiran atau khawatir meninggalkan sepeda di tempat umum.

Meski demikian, seli sebenarnya bukanlah produk inovasi baru. Sepeda jenis ini pertama kali diperkenalkan sejak akhir abad ke-19.

Jadi tunggangan militer Eropa

Dilansir dari Changebike.co.uk, Senin (25/5/2020), ide sepeda lipat dicetuskan pertama kali oleh penemu Amerika Emmit G Latta. Ia mengajukan paten untuk improvisasi model sepeda pada 1887.
Ide Latta sederhana. Ia menginginkan sepeda yang lebih aman, kuat, mudah dirawat, dan gampang dikemudikan dibandingkan sepeda yang ada pada waktu itu.

“Juga dapat dilipat ketika tidak digunakan sehingga hanya butuh ruang sedikit saat disimpan,” tulis Latta dalam nota paten yang diajukan, seperti dikutip dari Litelok.com.

Kemudian, Pope Manufacturing Company membeli paten itu dari Latta. Sayangnya, hingga saat ini masih belum diketahui apakah sepeda tersebut benar-benar diproduksi oleh perusahaan tersebut. Pasalnya, tidak pernah ada yang menemukan contoh sepeda keluaran Pope.

Cerita perjalanan sepeda lipat pun semakin menarik karena ternyata ikut menjadi bagian dari sejarah militer dan perang dunia.

Dikutip dari Thevintagenews.com, Sabtu (30/7/2016), pada 1890-an tentara Prancis tertarik menggunakan sepeda lipat untuk keperluan militer. Satu dekade kemudian, atau 1900, tentara Inggris mengikuti langkah Prancis.

Untuk mengakomodasi kebutuhan militer Inggris, Mikael Pedersen dari perusahaan Dursley-Pedersen mengembangkan versi lipat rancangannya. Sepeda rancangan insinyur asal Denmark ini pun terkenal dengan sebutan Detachable Dursley-Pedersen Cycle.

Berat sepeda lipat tersebut hanya 15 pon atau setara 6,8 kg. Dengan berat segitu, sepeda rancangan Pedersen diklaim sebagai yang teringan pada awal abad ke-20 karena rerata berat sepeda saat itu 12,5 kg.

Sepeda lipat Pedersen menggunakan roda berukuran 24 inci. Ukuran roda ini juga merupakan inovasi baru karena umumnya sepeda pada tahun-tahun tersebut menggunakan roda 28 inci.
Untuk menunjang kebutuhan prajurit, Detachable Dursley-Pedersen Cycle juga dilengkapi rak senapan di bagian depan.

Pada tahun-tahun berikutnya, banyak negara ikut menjadikan sepeda lipat sebagai alat transportasi pasukan militer mereka. Hal ini karena seli adalah alat transportasi yang dapat diterbangkan bersama pasukan terjun payung.

Tak main-main, The British WWII Airborne BSA bahkan merancang sepeda lipat dengan model khusus untuk keperluan Perang Dunia II. Sepeda ini ketika diterjunkan, setang dan kursi akan mengenai tanah terlebih dahulu sehingga roda tidak mudah rusak dan bengkok.

Sepeda yang dirancang kokoh itu digunakan oleh militer Inggris untuk pasukan terjun payung, pasukan komando, dan unit infanteri gelombang kedua pada pendaratan D-Day dalam Perang Arnhem.



Era kebangkitan sepeda lipat

Desain sepeda lipat saat ini—dengan roda kecil dan rangka rendah—sebenarnya bukan inovasi baru. Desain tersebut dapat dilacak dari sepeda lipat Le Petit Bi dari Prancis.

Sang perancang, Andre Jules Marcelin, mematenkan rancangannya pada 1939. Mengutip Foldingcyclist.com, Le Petit Bi sepertinya urung diproduksi secara massal gara-gara Perang Dunia II meletus pada 1942.

Baru pada 1970-an, sepeda lipat dengan model seperti Le Petit Bi diminati masyarakat Eropa. Salah satu sepeda lipat yang populer saat itu bernama Raleigh Twenty atau juga disebut Stowaway. Sepeda ini diperkenalkan pada 1971.

Saking populernya, produksi seli ini bertahan hingga 13 tahun. Desainnya sangat ringan dengan roda yang kecil dan memiliki engsel di tengah, mirip dengan desain seli terkini.

Selain Raleigh Twenty, salah satu perancang sepeda lipat legendaris pada 1970 bernama Harry Bickerton juga mengenalkan desainnya bernama Bickerton Portable.

Bickerton yang diproduksi pertama kali memiliki roda kecil dengan rangka rendah serta ukuran setang besar yang tak biasa.

Bingkainya terbuat dari aluminium ringan tanpa pengelasan apa pun. Sebagai gantinya, Bickerton memiliki banyak tuas dan klem sehingga mudah dilipat dan dibawa.

Pada akhir 1970-an, desain sepeda lipat klasik Bickerton itulah yang mengilhami penemu Inggris Andrew Ritchie menciptakan Brompton yang kamu kenal sekarang.

Saat ini, Brompton merupakan produsen seli terbesar di Inggris yang menghasilkan lebih dari 45 ribu sepeda per tahun. Model sepeda lipat Brompton banyak digemari karena memiliki banyak desain unik yang mampu mengakomodasi ragam style peminatnya.

Tak hanya Brompton, pada awal 1980-an, Dr. David Hon dan saudaranya Henry Hon juga terinspirasi dari model seli Bickerton yang diberi nama Dahon. Sedikit berbeda dari Brompton, Dahon justru mengambil jalur pasar yang menginginkan desain seli standar.

Desain sepeda lipat Dahon itu tampaknya menyesuaikan pemikiran masyarakat umum ketika menginginkan sepeda lipat. Keberhasilan strategi ini telah dibuktikan Dahon dengan menguasai 60 persen pangsa pasar sepeda lipat Eropa.



Kehadiran Brompton cita rasa lokal

Selain Brompton dan Dahon, ragam merek sepeda lipat kelas premium dari berbagai negara telah berseliweran di Indonesia, antara lain Bike Friday, Birdy, Hummingbird, Tyrell, dan sebagainya.

Harga yang dibanderol untuk seli ragam merek itu pun sangat bersaing pada kisaran puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Meski tergolong mahal, Brompton tak bisa dimungkiri tetap menjadi sepeda lipat yang menjadi buah bibir di kalangan peminat sepeda di Indonesia.

Karena harganya yang selangit itu pula, banyak orang hanya bisa menelan ludah dan harus menahan hasrat memilikinya.

Apalagi menurut pelaku jual beli sepeda Brompton yang dikutip dari Kompas.com, Selasa (30/6/2020), pada “musim sepedaan” sekarang ini harga Brompton melambung 20 hingga 30 persen.

Lonjakan harga seli Brompton itu dipicu minimnya pasokan yang disertai tingginya permintaan. Kekosongan stok ini merupakan imbas dari pandemi Covid-19 yang dialami banyak dealer sepeda di berbagai negara.

Nah, dari celah pasar itu, lahirlah “brompton-brompton” bercita rasa Indonesia yang menawarkan produk seli dengan harga lebih menggoda. Meski lebih murah, soal kualitas jangan pernah ragukan karya anak bangsa.

Salah satunya adalah sepeda lipat Element yang diproduksi pada 2019 oleh pabrikan sepeda asal Kendal Jawa tengah, PT Roda Maju Bahagia. Dilansir dari Kompas.com, Kamis (2/7/2020), CEO perusahaan ini pun mengaku awalnya memang terinspirasi dari merek sepeda Inggris tersebut.

“Setelah melakukan riset, kami pun akhirnya memutuskan membuat Pikes Gen 1 dengan beberapa penyesuaian sehingga tampak seperti Brompton,” kata Hendra, CEO PT Roda Maju Bahagia.
Sebentar lagi, Element juga bakal meluncurkan produk pengembangan Pikes Gen 1 yang diberi nama Pikes Gen 2.

Meski bercita rasa lokal, peminat seli Element sangat positif. Hal ini terbukti dari kehebohan di media sosial soal peluncuran Pikes Gen 2 yang harus diundur karena terlambatnya pengiriman salah satu spare part.

Sekalipun dengan harga yang jauh di bawah Brompton, sepeda lipat Element generasi Pikes tampaknya juga tak bisa dibilang murah. Jika kamu ingin memiliki, satu unit seli keluaran Element dibanderol Rp 8 juta hingga Rp 10 juta.

Selain Element, baru-baru ini media sosial juga diramaikan dengan “Brompton made in Bandung” bernama Kreuz. Dilansir dari Kompas.com, Jumat (19/6/2020) desain seli Kreuz ini ditemukan Yudi Yudiantara dan Jujun Junaedi dengan membongkar Brompton seri terbaru pada 2019.

“Prototipe pertama ini banyak kesalahan. Meski geometris dan wheelbase-nya sama, detailnya ada yang salah. Tapi, kalau digunakan sudah enak dan nyaman,” tutur Yudi.

Saat itu, seli Kreuz memang belum resmi diproduksi, tetapi sudah banyak masyarakat yang tertarik dengan prototipe tersebut.

Yudi dan Jujun sendiri tak ingin buru-buru menjualnya karena belum mengetahui kelemahan dan tak ingin produknya hanya sekadar bisnis.

Dengan bantuan modal dari seorang teman, mereka pun terus mengembangkan prototipe seli Kreuz hingga menjadi sepeda lipat yang kualitasnya tak kalah dari Brompton.

“Basic-nya memang Brompton, tapi tekukannya kami buat beda. Kalau Brompton di tengah, kami dari awal. Bentuk kepala juga dibuat berbeda,” jelas Yudi.

Selain kualitasnya yang tak sembarangan, Kreuz juga dibanderol dengan harga yang cukup terjangkau, yakni di kisaran Rp 3,5 juta hingga Rp 8 juta saja.

Bila ingin memiliki seli lokal yang satu ini, kamu harus bersabar karena antreannya sudah mencapai Juni 2022.

Kelebihan lainnya, Kreuz dibuat secara handmade dengan memaksimalkan keterampilan 172 pelaku UMKM di sejumlah kota di Jawa Barat dan Jawa Timur.

Ya, cerdas menangkap peluang merupakan kunci keberhasilan sebuah karya. Tentunya juga harus ditunjang dengan inovasi dan polesan kreativitas untuk menyesuaikan dengan pangsa pasar yang dituju.
Hal itu pula yang ditunjukkan sederet karya sepeda lipat dari Eropa hingga akhirnya menginspirasi kelahiran Element dan Kreuz di Indonesia.

Kamu pun bisa mengikuti jejak mereka selama ada niat dan kemauan kuat untuk menghasilkan karya yang bermanfaat bagi masyarakat. Terlebih, saat ini banyak program inkubasi ide bisnis dari pemerintah, BUMN, maupun swasta. Pun juga dengan program kredit permodalan usaha dari perbankan.



5 August 2020

Mesin Sewa Sepeda

Boku no Blog _ Vending Machine raksasa ini dirancang sebagai mesin sewa sepeda di bawah tanah untuk penghematan ruang publik di kota-kota besar.







ORBIKE - mesin sewa sepeda berbentuk donat futuristik ini memiliki delapan bagian berputar yang diisi dengan sepeda, helm, dan aksesori.

Mesin ini dirancang oleh siswa teknologi dari Institut Zhongshan di Cina.