 |
suasana belanja dipasar |
Punggahan, Munggahan, Unggahan, berasal dari bahasa Jawa
" munggah " yang artinya naik, bisa diartikan kita naik ke bulan penuh berkah
" Ramadhan " agar kita lebih meningkatkan ibadah kita dan kualitas ibadah kita dibulan suci Ramadhan.
Begitu yang Boku dapatkan pengertian dari kedua orang tua Boku waktu Boku kecil dulu.
Mungkin bagi sobat-sobat, para pembaca semua yang berasal dari Jawa, atau tidak dari Jawa sekalipun sudah tahu tentang tradisi Punggahan, atau bahkan pernah mengikuti tradisi punggahan ini.
Punggahan seperti ini, yaitu tradisi satu hari sebelum Ramadhan, dulu waktu Boku kecil adalah hari yang sibuk sekali.
Tidak hanya dikeluarga Boku, semua tentangga juga sibuk persiapan untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.
Ibu sibuk membuat masakan di dapur, sedangkan Bapak sibuk membuat" encek " (pelepah daun pisang yang dirangkai menjadi bentuk segi empat, dan ditusuk dengan bambu sebagai pengganti nampan).
"Encek" ini nantinya dibuat sebagai tempat untuk membawa "Takir" atau nasi beserta lauk pauknya yang ditempatkan di daun pisang, yang akan dibawa di Mushola.
Ada juga yang memperingati punggahan ini, jika punya lebih rezeki mengadakan selamatan dirumahnya. Namun ada juga, seperti keluarga Boku membuat hidangan kecil-kecilan, lalu dibawa ke Mushola atau Masjid.
Setelah Ashar semua pekerjaan selesai, kemudian Boku diajak bapak dan Ibu ke pemakaman untuk ziarah (nyadran) kubur, untuk mendoakan para leluhur yang telah tiada, dan sebagai pengingat bahwasannya kita nanti semua pasti meninggal.
Hari masih terang, sepulang dari ziarah banyak dijumpai para tetangga sibuk membawa rantang untuk disampaikan pada saudara, atau tetangga dekat.
Boku pun juga demikian, meskipun hanya membuat hidangan kecil-kecilan Boku disuruh Ibu menyampaikan ke saudara-saudara semua yang rumahnya berdekatan.
Adzan Maghrib berkumandang, tak tahan Boku ingin segera berangkat ke Mushola untuk membawa "Takir" tersebut. Dan saat itu Bapak juga menemui tamu, nampaknya tetangga datang untuk mengundang "Kenduri" dirumahnya.
Boku dengan semangat 45 pergi membawa "Encek" yang isinya "Takir" pergi ke Mushola. Sedangkan Bapak Boku pergi ke tetangga yang mengadakan "Kenduri".
Setelah semua terkumpul di Mushola, duduk membuat lingkaran sambil mendengarkan sedikit ceramah dari Takmir Mushola, dan pengumuman pelaksanaan mulai puasa, lalu semua berdoa dan membuka "Takir" itu.
Yach.., itu dulu saat Boku masih kecil, sekarang Boku tidak bisa ikutan lagi acara seperti itu, begitu pula dengan anak Boku. Karena sekarang semua serba praktis, bahkan untuk berkumpul dengan tetangga saja agak sulit karena semua punya kesibukan masing-masing.
Namun aku masih bersyukur, rumah tinggalku sekarang yang dekat Mushola, kadang masih mengadakan acara seperti ini meskipun versinya agak berbeda dengan Boku kecil. Anak Bokupun juga nampaknya senang kalau pas bisa kumpul dengan teman-temannya, buka bersama, tarawih bersama, ngaji bersama.
Boku rindu suasana di kampung halaman dulu, saat acara "Munggahan" seperti ini...
"Marhaban Ya Ramadhan.."
Boku sekeluarga mohon maaf Lahir dan Bathin kepada semua sobat Boku, dan para pembaca semua yang baik dan budiman.
 |
image: Hootoh |
" Selamat Menjalankan Ibadah Bulan Suci Ramadhan 1434 H "