image source
Hari ini aku melakukan perjalanan dinas ke Jakarta dalam rangka untuk pengajuan visa Dinas ke Jepang bulan Mei mendatang.Berkaitan dengan merebaknya berita tentang Flu babi,ini sesuai dengan yang kualami saat memasuki Bandara Sukarno-Hatta,pihak bandara sudah mengantisipasi dengan memasang alat pemindai suhu tubuh.Ini bertujuan untuk menekan atau antisipasi penularan Flu babi di negara kita.
Kita harus segera bersiap diri menghadapi virus flu babi. Virus itu sedang mewabah hebat di Meksiko dan Amerika Serikat. Biosekuriti di pintu masuk lalu lintas orang merupakan strategi utama. Untuk antisipasi dini, infrastruktur diagnostik dan karantina yang ketat harus segera disediakan.


image source
Selasa (28/4) pagi, berdasarkan informasi Associated Press, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan telah menaikkan level pandemi ke fase 4, yaitu telah terjadi penularan antarorang dengan mudah (sustained), mewabah paling tidak di satu negara, dan memberikan sinyal pandemi global.

Wabah bermula di beberapa negara bagian Meksiko. Menurut WHO, kasus gejala mirip influenza (influenza like illness), disingkat ILI, ini mulai dilaporkan pada 18 Maret. Sampai 23 April, penderita ILI di negara itu berjumlah 882 orang. Sebanyak 62 orang meninggal. Selasa (28/4) pagi, jumlah kasus kematian telah mencapai 149 orang. Kasus yang lebih ringan terjadi di California dan Texas, Amerika Serikat. Di dua negara bagian AS itu jumlah kasus terkonfirmasi 7 orang. Semua sehat setelah mendapat perawatan singkat di rumah sakit. Belakangan kasus juga dilaporkan di Kanada dan Spanyol.
Virus influenza H1N1 dapat dikonfirmasi dari kedua negara yang berdekatan itu. Virus Meksiko identik dengan virus California. Virus-virus yang dikarakterisasi itu dikatakan belum pernah teridentifikasi pada babi dan manusia. Karena itu, agak aneh kalau disebut flu babi. Materi genetiknya mungkin lebih mirip virus flu babi dibandingkan flu orang.

Jamak pada babi


image source
Virus influenza H1N1 memang jamak pada babi. Flu babi telah lama dilaporkan di sejumlah negara di dunia, dari Amerika, Eropa, Afrika, sampai Asia. Pada saat pandemi spanyol tahun 1918-1919, virus itu juga ditemukan pada babi di AS. Kajian restrospektif menunjukkan penyebab wabah pada babi itu serupa dengan penyebab pandemi spanyol.

Flu babi memang tidak seganas flu burung. Dari data di Meksiko, kefatalannya ”hanya” 7,7 persen. Dibandingkan dengan flu burung yang 81 persen fatal dari 141 kasus terkonfirmasi di Indonesia, flu babi seolah-olah ”tidak ada apa-apanya”.

Banyak hal yang membuat umat manusia di seluruh dunia khawatir. Sekalipun tidak begitu mematikan, kesamaan kejadian pada flu spanyol pantas membuat takut. Korban kasus flu babi Meksiko ini juga umumnya mereka yang masih usia produktif. Polanya berbeda dari flu musiman (seasonal flu). Pada flu musiman, orang yang peka adalah yang berusia muda dan tua.

Kita harus waspada. Virus itu telah terbukti menular dari orang ke orang. Ini cikal bakal pandemi. Jika itu terjadi, tidak ada satu negara pun di dunia ini yang dapat luput dari serangannya.

Lalu lintas orang merupakan perantara utama flu babi untuk sampai ke Nusantara. Masa inkubasi influenza biasanya cepat, sekitar 24 jam sampai 4-5 hari. Berikut contoh skenario flu babi sampai di Indonesia. Orang yang tertular flu babi di Meksiko, tapi tampak sehat, melakukan perjalanan udara ke Florida, AS. Di sana ia bertemu, berpapasan, atau kontak dengan calon penumpang tujuan Singapura. Mata rantai kedua ini dapat juga kontak dengan penumpang tujuan Jakarta, Batam, atau Bali.

Perantara lain peluangnya lebih kecil. Lalu lintas ternak babi dan hasil olahannya bisa juga menjadi sarana. Hewan lain selain babi dapat juga tertular dan membawa virus itu. Banyak hal tentang flu babi itu yang belum diungkapkan. Segala kemungkinan harus diperhitungkan untuk menekan risiko. Hal yang sama berlaku untuk burung liar.

Upaya penolakan utama saat ini adalah pintu masuk lalu lintas orang dari negara-negara tertular. Strategi ini pasti juga tidak mudah. Dengan contoh skenario di atas, tiap orang yang masuk ke Indonesia harus diawasi, termasuk dari negara tidak tertular.

Hikmah flu burung

Kita patut bersyukur dengan wabah flu burung. Sekalipun virus itu masih endemik, Pemerintah Indonesia telah mengembangkan sistem kesiapsiagaan menghadapi pandemi. Sistem itu telah disimulasikan beberapa kali di berbagai wilayah di Indonesia, antara lain Bali dan Makassar.

Sistem itu harus diperkuat dalam mencegah flu babi. Sedikit berbeda dengan flu burung, garis depan pengendalian flu babi saat ini adalah pintu masuk udara dan laut di seluruh Indonesia. Pengendalian pada ternak yang ada di Indonesia bukan prioritas. Kalaupun ada virus flu pada babi di Indonesia, tidak semua virus influenza berkembang menjadi pandemi.

Target kita flu babi Meksiko. Potensi pandeminya jelas sekali.

Pintu-pintu masuk ke Indonesia harus diperkuat. Petugas kesehatan bandara diperbanyak dan siap 24 jam. Peranti pemindai panas tubuh dipasang di sana. Setiap orang diharuskan melewati karpet yang dibasahi cairan pembasmi hama. Mereka juga wajib mengisi formulir apakah mereka berada di negara tertular atau kontak dekat dengan orang yang datang dari sana dalam satu minggu terakhir. Bagian luar barang-barang sebaiknya dicuci-hama.

Setiap kasus tersangka harus diisolasi sementara di rumah sakit khusus. Kamar khusus di rumah sakit umum sangat tidak cukup. Risiko penularan besar. Rumah sakit itu tersedia di dekat pintu-pintu masuk utama, seperti Batam, Medan, Jakarta, dan Denpasar. Obat-obat anti-influenza harus tersedia cukup.

Prosedur diagnostik yang cepat dan akurat harus tersedia. Menurut WHO, kit penentuan subtipe virus flu tidak bisa digunakan untuk flu babi H1N1 yang baru itu. Sambil menunggu kit baku yang baru, kita dapat mengembangkan sendiri uji yang berbasis polymerase chain reaction (PCR) dengan primer yang didesain berdasarkan informasi genetik yang tersedia. Mengingat banyaknya galur influenza H1N1, sekuensing harus segera dilakukan untuk memastikan apakah virus yang ditemukan memang flu babi Meksiko atau bukan.

Kita mungkin tak dapat terhindar total dari flu babi jika pandemi benar terjadi. Sejarah flu spanyol mengulang dirinya sendiri. Dampaknya dapat dikurangi. Berapa pun biayanya harus diusahakan.


info source:
I Gusti Ngurah Mahardika Dokter Hewan dan Virolog; Pengajar dan Peneliti pada Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Denpasar

www.kompas.com

4 comments:

  1. makasih infonya mas.....

    ReplyDelete
  2. wallpaperr,persis ama yg pnya blog,

    ReplyDelete
  3. makasih tambhananya di blog anda
    ======
    http://blogegurulugu.blogspot.com
    http://gurulugu.wordpress.com
    http://0m364.blogspot.com
    http://my.opera.com/0m364/blog/
    http://motorcycleinfo.calsci.com/API.html

    ReplyDelete
  4. sebelumnya terimakasih mas mo berkunjung ke blog ku....

    Laporan tentang flu babi ini sangat bermanfaat, kita memang harus selalu waspada...mudah-mudahan aja virus ini tidak pernah masuk ke Indonesia.

    ReplyDelete

 
Top