Pelaku kejahatan cyber atau hacker kini mulai melirik media sosial, seperti Facebook atau Twitter, sebagai media untuk melakukan kejahatan cyber.



Hal ini tak lain disebabkan karena kurangnya kesadaran pengguna menjaga keamanan akun miliknya.

"Penjahat cyber memanfaatkan password yang lemah dari sebuah akun jejaring sosial," ujar Raymond Goh, Senior Director Systems Engineering Symantec South East Asia, saat jumpa pers di Jakarta pada Selasa (15/5/2012).

Hacker akan dengan mudah membobol sebuah akun jika password-nya mudah ditebak, misalnya tanggal kelahiran atau hanya "1234".

Raymond menyarankan agar pengguna situs jejaring sosial membuat password yang kuat, jika perlu menggantinya secara rutin.

Selain itu, jika menemukan link atau konten yang mencurigakan dan tidak relevan, ada baiknya tidak di-klik dan laporkan penyalahgunaan.

Bila hacker berhasil membobol sebuah akun, maka mereka bisa saja mengirim konten atau link yang membawa teman lain ke sebuah situs palsu yang kemungkinan besar akan mencuri data pribadi.

Sifat pertemanan di antara pengguna jejaring sosial membuat pengguna percaya begitu saja dengan link atau konten yang dikirim oleh teman mereka. Unsur kepercayaan ini juga yang dimanfaatkan para penjahat cyber.

Menurut Raymond, maraknya kejahatan cyber juga disebabkan meroketnya jumlah pengguna situs jejaring sosial.

Menurutnya, jumlah serangan kejahatan yang dilancarkan melalui blog dan web communication sebesar 25.022 percobaan pada tahun 2011.

Penjahat cyber memanfaatkan password yang lemah dari sebuah akun jejaring sosial.



kompastekno

0 comments:

Post a Comment

 
Top